Pekerjaan Untuk Hidup atau Hidup untuk Pekerjaan?

Pekerjaan itu untuk hidup atau hidup itu untuk pekerjaan. Hal ini selalu menjadi perdebatan oleh banyak orang dikarenakan mereka merasa melakukan keduanya akan tetapi pada kenyataan mereka hanya melakukan salah satu saja.

Pekerjaan untuk Hidup

Orang bekerja akan memperoleh uang dan dengan uang tersebut ia bisa hidup. Entah digunakan untuk membeli makan, membeli minuman bahkan membeli barang-barang untuk memenuhi konsep hidup mereka. Pekerjaan memang ada agar kamu bisa hidup, tidak ada pekerjaan maka harus dijawab bagaimana caranya kamu hidup? besok mau makan apa? besok mau bagaimana.

Pemikiran ini tidak sepenuhnya salah, hanya saja hidup seperti apa yang kamu bayangkan atau kamu inigin hidup seperti apa? apakah hidupmu memiliki arti atau kamu bekerja untuk menemukan arti hidupmu. Banyak orang tidak sadar bahwa ketika mereka dikatakan bekerja untuk hidup, pekerjaan itulah hidup mereka. 



Saya pernah dengan sebuah cerita di mana ada seseorang yang bekerja cukup lama di sebuah perusahaan. Dia sangat mencintai perusahaan dan ketika dia sudah pensiun dia gelisah bila tidak berada di perusahaan itu untuk bekerja. Setalah dia berbicara dengan bossnya maka bossnya memperkerjakan dia kembali. yang dikerjakan sederhana, ia hanya membantu membersihkan perusahaan dan memastikan agar perusahaan tetap bersih. Orang ini melakukan pekerjaan dengan sangat baik.



Suatu hari ada pergantian pimpinan dan pimpinan yang baru melihat bahwa jasa kakek tua ini sangat tidak diperlukan. Dengan tegas keluarlah surat pemutusan hak kerja. Keluarga kakek ini melihat sang kakek pulang dengan sedih. Esoknya mereka ke perusahaan dan memohon perusahaan meninjau kembali. Pimpinan baru ini menolak, keluarga lalu memberikan sebuah proposal. Proposal itu sangat simpel tetapi ide nya diluar perkiraan. Mereka minta kakek ini dipekerjakan dan mereka sendiri akan membayar gaji kakek tersebut dan membayar sejumlah uang ke perusahaan agar menerima kakek tersebut kembali bekerja. Tetapi pimpinan baru ini bersikeras dan kukuh terhadap pemikiran idealisnya.

Tidak lama kemudian sang kakek sakit, seluruh keluarga sedih. Bukan karena kakek ini mencintai perusahaan tersebut, tetapi karena kakek ini kehilangan makna hidup yang dia miliki. Perusahaan tersebut menjadi cinta dari kakek tersebut dan keluarganya melihat bahwa perusahaan tersebut telah sepert rumah dari kakek tersebut. Tapi apa daya. Perusahaan ini bersikeras melihat umur kakek yang memang sudah tidak layak kerja. Pekerjaan tersebut lah yang membuat sang kakek bertahan hidup.


Hidup untuk Pekerjaan

Ada orang kedua yang hidup untuk pekerjaan nya. Siang malam tidak peduli hujan badai ia akan tetap pergi bekerja dan bahkan saat di rumah ia tidak bisa menaruh smartphone yang ia miliki untuk sementara waktu. Ia takut bila ada pekerjaan yang menghubungi dia lewat smartphone akan terlewat. Sehingga anak-anaknya tidak diajak bermain, tidak bicara dengan istrinya hingga tidurnya tidak nyenyak dikarenakan menunggu hal yang belum pasti.

Ia bahkan merelakan hal-hal penting dalam hidupnya, momen-momen di mana ia harus hadir dilewatkan dengan berdalih bahwa ia sibuk bekerja. Kalau orang sibuk maka harus kita tanya seberapa sibuk? apakah ia sibuk demi pekerjaan nya atau demi keluaraganya? Ia berdoa bila waktu 1 hari sama dengan 48 jam. Dia akan punya waktu untuk keluarga. Saya berani menjamin meski waktu 1 hari sampai 64 jam tidak akan ada wkatu untuk keluarganya.



Saya mengetahui sebuah mujizat yang luar biasa terjadi. Terjadi dalam kehidupan kita, sebuah hal-hal yang sederhana seperti seorang ibu yang bekerja di 2 tempat masih sempat membuat makan pagi dan mengantar dan menjemput anaknya sekolah. Ibu ini masih sempat membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah dan dapat mendidik semua anaknya dengan benar. Orang melihat bahwa ibu ini selalu bekerja dan ibu ini hidup untuk pekerjaannya tanpa mengetahui bahwa ibu ini mengadakan mujizat melalui hal-hal kecil yang seringkali kita anggap itu biasa saja.

Pikirkan kamu berada di posisi yang mana? apakah kamu bisa mengkontrol dirimu atau malah kamu yang dikontrol? Kamu butuh mujizat atau kamu bisa menghasilkan mujizat seperti ibu yang saya ceritakan. Pekerjaan memang harus kamu lakukan. Memperoleh uang itu penting untuk kelangsungan hidup tapi bukan uang yang paling penting di dalam hidup. Untuk siapa kamu bekerja dan demi siapa kamu bekerja, kamu akan bekerja sampai seperti apa bukanlah pertanyaan utama. Melainkan bagaimana hidupmu? bagaimana kehidupanmu? apakah kamu merasa hidup atau kamu merasa seperti sebuah robot yang berjalan secara otomatis.

Kamulah yang mengetahui jawabannya. Carilah makna dalam pekerjaanmu dan peliharalah imanmu, keluargamu, dan kehidupanmu.

Komentar